Tiap-tiap negara pastinya memiliki keunikan dan ciri khas tertentu yang membedakannya dengan negara-negara lainnya. Ciri khas itu terkadang dapat menjadi sebuah budaya yang sangat melekat di negara tersebut. Budaya yang barangkali dianggap suatu hal yang biasa di suatu negara, tapi sekaligus dapat menjadi suatu hal yang unik menurut pandangan negara lain. Walaupun di satu sisi perbedaan budaya - walaupun sebenarnya tidak hanya budaya - dapat dipandang sebagai suatu keunikan yang menarik, tetapi terkadang dapat menimbulkan berbagai masalah bagi kita yang tidak terlalu faham dengannya. Kejadian seperti itu pun pernah saya alami terutama ketika masa-masa awal di Jepang. Oleh karena itu, ada baiknya jika kita berhati-hati terhadap perbedaan-perbedaan itu. Sebab ada kalanya semua itu malah akan merepotkan kita sewaktu-waktu. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita tinggal di Jepang. 1. Hati-Hati dengan Voltase Listrik "Kesialan" saya yang pertama dengan voltase listrik di Jepang saya alami ketika baru tiba beberapa hari di Jepang. Ketika itu saya hendak men-charge MP3 player saya. Ketika saya pasangkan saklar ke colokan (bahasa Indonesianya yang benar dari kata 'colokan' itu apa ya?) listrik, tiba-tiba saja MP3 player saya mengeluarkan asap. Haah...? Kenapa ini? Saya kaget dan panik. Beruntung MP3 playernya tidak mengeluarkan api. Kan ngeri juga kalau sampai kebakaran. Segera saja saya sadar, mungkin ini karena korsleting listrik. Tapi kenapa ya? Saya belum mengetahui penyebab pastinya. Dasar sial... akhirnya saya harus merelakan MP3 player saya itu rusak. Hiks... Di hari berikutnya, saya kembali bermaksud menggunakan 'colokan' listrik. Kali ini untuk men-charge baterai. Setelah saya pasangkan ke colokan listri, seketika saja langsung terdengar suara "druppp...". Lampu indikator chargernya seketika langsung mati. Lho... kenapa lagi ini? Masa' konslet lagi sih? Aduhhh... dua hari berturut-turut mengalami konsleting listrik. Kemudian saya coba cari tahu penyebabnya. Lalu tiba-tiba terpikir oleh saya, kenapa ya kalau saya menyalakan radio atau televisi yang ada di kamar kok nggak konslet. Sedangkan pas saya pasangkan MP3 player dan charger baterai saya kok dua-duanya langsung konslet. Tak lama saya baru sadar, ternyata sumber masalahnya ada di jenis voltase yang digunakan Jepang. Sebagaimana kita tahu, jenis voltase kan biasanya ada dua macam, yaitu yang 110 volt dan yang 220 volt. Kita di Indonesia menggunakan yang 220 volt, sedangkan electricity di Jepang itu ternyata menggunakan voltase jenis 110 volt dan colokannya berbeda bentuknya. Bentuk colokan di Jepang itu pipih dan sejajar. Sedangkan di Indonesia kan ada dua yang bentuknya silinder. Pantesan aja tiap kali nyolok langsung konslet. Ya iya lah... la wong settingan alatnya juga kan beda. Karena listrik yang digunakan di Indonesia adalah listrik 220 volt, maka umumnya barang-barang elektronik yang dijual di Indonesia itu sudah disetting sedemikian rupa agar cocok dengan voltase 220 volt. Karena settingannya untuk 220 volt, maka ketika dipasang di lisrik bervoltase 110 ya otomatis langsung konslet lah! Sebagai saran saja, ada baiknya kalau teman-teman ke Jepang, mendingan membeli “device” aja biar nggak repot. Biasanya "device" ini dijual di toko elektronik seperti Yodobashi, Sakuraya, atau Big Camera, harganya sekitar 500 yen. 2. Naiklah Taksi, Dijamin Anda Langsung Bangkrut! To The Point saja, jangan sekali-kali naik taksi di Jepang ketika kamu dalam keadaan krisis keuangan. Sebab walaupun tidak sedang dalam kondisi krisis keuangan, dijamin kamu akan segera mengalaminya. Ini pernah juga saya alami. Awalnya saya beranggapan bahwa naik taksi di Jepang sama saja seperti naik taksi di Indonesia. Walaupun memang ada beberapa yang membedakannya sih. Kalau soal harga sudah sangat jelas, bedaaa banget harganya, di Jepang jauh lebih mahal. Bahkan bisa dibilang sangat mahal. Perbedaan lainnya, taksi di Jepang pintunya bisa terbuka dan tertutup sendiri. Keren kan? Kalau di Indonesia kan biasanya kita yang membuka pintunya sendiri, atau sekeren-kerennya paling dibukakan pintu oleh supirnya. Kalau di Jepang, kita atau supir nggak perlu repot-repot buka pintu. Sebab si supir tinggal memencet tombol saja, maka pintu pun otomatis akan terbuka sendiri. Pintu yang bisa terbuka sendiri mungkin terkesan keren untuk kita. Keren pintunya tapi sama sekali nggak keren tarif nya. Seperti yang sudah saya katakan di atas, tarif taksi di Jepang muahaaal banget! Sebagai gambaran, tarif taksi di Jepang yang saya tahu adalah sekitar 710 yen (Rp 71.000) untuk 2 kilometer pertama, selanjutnya beda lagi tarifnya. Huah.... gak kebayang kan? Duit segitu bisa buat ongkos naik angkot berapa putaran tuh...? |
Wednesday, March 10, 2010
Keunikan Di Jepang
Labels:
Unik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment