PENDAHULUAN
I. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi terdiri dari dua kata, yaitu
Mis dan Konsepsi. Mis berarti salah atau kesalahan. Konsepsi berarti pemikiran
atau pemahaman. Jadi Miskonsepsi dalam arti terminologi adalah salah pemahaman.
Kata ini digunakan juga dalam bidang disiplin ilmu yang lain, seperti
miskomunikasi (salah berbicara), mispersepsi (salah berpendapat) mis informasi
(salah dengar) dan lain-lain. Sedang menurut arti etimologinya adalah pandangan dan pengetian yang salah
memahami peristiwa atau penjelasan yang terjadi disebabkan oleh bimbingan dan
pengajaran yang tidak benar.
Bahasa asing adalah bahasa selain
bahasa Indonesia, karena kita hidup di negeri Indonesia. Andai hidup di negeri
arab, maka bahasa Indonesia adalah termasuk rumpun bahasa asing. Yang dimaksud
dengan bahasa asing dalam makalah ini, penulis batasi pada bahasa arab dan
bahasa inggris. Dua buah materi pembelajaran ini di ajarkan di sekolah-sekolah
agama maupun umum, swasta maupun negeri di Indonesia.
Bahasa asing salah satu materi
yang sangat penting dipelajari dan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia
akhir-akhir ini. Komunikasi lisan terjadi ketika kedua insan saling bertemu dan
berhadapan. Sementara kebutuhan berkomuniukasi akhir-akhir ini dengan manusia
di belahan dunia tidak hanya dilakukan
secara lisan, berhadapan antar dua manusia atau lebih, tapi bisa dilakukan
dengan menggunakan alat-alat informasi teknologi (IT) yang telah menjadi tren
di kalangan masyarakat saat ini, seperti Hendphone. Telephone, pemancar radio,
Televisi dan lain-lain. Untuk itu dua bahasa asing ini bukan sekedar pelengkap
materi pelajaran di sekolah, tetapi menjadi kebutuhan yang harus dimiliki dan
dikuasai oleh setiap anak didik dalam rangka mengikuti perkembangan zaman.
Pembelajaran bahasa asing di
negeri kita sering dianggap sebagai materi “penambah pengalaman” atau sebagai
kebanggaan saja, sehingga pembelajarannya sering tidak maksimal dan jarang
sekali menggunakan metode yang baik (sesuai kemampuan anak didik), bahkan
justeru melemahkan semangat anak didik belajar bahasa asing dengan
sebaik-baiknya. Akibatnya yang muncul setelah itu adalah kesalah pahaman atau
bahkan mis orientasi (salah tujuan/arah). Bila hal ini yang terjadi, siapa yang
disalahkan. Guru atau siswa atau lingkungan yang salah ? Penulis akan menjawab
hipotese ini sesuai dengaan referensi yang ada.
II. Pengertian Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan merupaka istilah yang
mengandung pengertian yang lebih dari pengajaran. Dengan kata lain, pengajaran
itu hanyalah merupakan bagian dari pendidikan saja, sebab pendidikan adalah
bimbingan terhadap perkembangan pribadi seseorang dengan segala macam aspeknya.
Mislanya segi cipta rasa, jasmani dan lain-lain. Sedangkan pengajaran hanya
berhubungan dengan pembentukan cipta atau akal dengan menyampaikan pengetahuan atau kecakapan [1]) . Ada pula yang memberi
pengertian, bahwa pendidikan itu adalah usaha yang di jalankan oleh
seseorang atau kelompok
orang agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental [2])
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa
unsur pendidikan dan pengajaran adalah secara umum bertujuan untuk menciptakan
individu yang mempunyai pengertian dan konsepsi yang benar serta dapat
mengaplikasikan konseps tersebut di tengah-tengah masyarakatnya.
Miskonsepsi yang terjadi dalam
pembelajaran bahasa arab setidak-tidaknya ada 6 (enam) poin, sebagai berikut :
1. Belajar bahasa arab dianggap sulit,
karena mereka menganggap, bahwa mereka harus bisa bercakap-cakap seperti orang
arab
2. Belajar bahasa arab tidak prospektif,
karena tidak digunakan oleh instansi-instansi pemerintah atau swasta dan bukan
merupakan kebutuhan, tapi sekedar “penambah pengalaman”
3. Belajar bahasa arab terbatas kepada
teknik berkomunikasi dengan orang-orang arab saja
4. Belajar bahasa arab sulit dipelajari dan
membutuhkan waktu yang lama, tidak seperti bahasa inggiris
5. Belajar bahasa arab hanya untuk kalangan
siswa-siswa keagamaan, seperti di Pesantren dan Madrasah-Madrasah saja.
6. Belajar bahasa inggris dianggap suatu
kebutuhan dan kebanggaan
7. Bahasa arab semakin hari, semakin tidak
dikenal oleh masyarakat luas, lebih-lebih masyarak perkotaan, sehingga
pemahaman keagamaan mereka sangat rendah bahkan nonsen.
III Pembelajaran Bahasa Asing
Pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini
bahasa arab dan bahasa inggris mempunyai peranan yang sangat penting, utamanya
dalam mengaplikasikan konsepsi-konsepsi yang pernah dipelajari di sekolah.
Namun pembelajaran bahasa asing itu sangatlah sulit dipraktekkan dalam
kehidupan sehar-hari tanpa adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan anak didiknya.
Asumsi bahwa bahasa arab itu adalah
materi yang mengajarkan percakapan saja atau materi yang hanya menuntut kefasihan
berkomunikasi dengan orang-orang arab dan tidak mempunyai prospek yang cerah
adalah keliru. Asumsi ini seakan telah menjadi aksioma di kalangan anak-anak
didik, baik di Pesantren maupun di luar Pesantren saat ini. Asumsi seperti
inilah yang penulis sebut sebagai
miskonsepsi. Dan bila konsep seperti ini menjadi pemahaman yang tak
terbantahkan dalam jiwa anak didik, maka sulit sekali untuk merubahnya, bahkan
akan berdampak kepada lemahnya motivasi dalam mempelajari bahasa asing itu
dikemudian hari. Bila hal ini betul-betul terjadi, maka penulis lebih cenderung
“menyalahkan” kepada guru atau pembimbingnya. Karena pembelajaran bahasa asing
akan mudah dicerna dan difahami dengan benar, bila proses pembelajarannya
menggunakan metode yang baik dan berorientasi pada upaya meraih tujuan yang
diinginkan.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh
oleh seorang pendidik atau guru
dalam mengantisipasi terjadinya
miskonsepsi dalam pembelajaran bahasa arab
terhadap anak didik di masa-masa
akan datang, yaitu :
Pertama : Seorang guru atau
pembimbing mampu mejelaskan tujuan belajar bahasa asing dengan sejalas-jelasnya
dan dijelasknan pula kepada mereka macam-macam materi bahasa arab. Dan belajar
bahasa arab bukan hanya bertujuan mencapai kefasihan bercakap-cakap dalam
bahasa arab, syukur kalau anak-anak
didik kemudian bisa bercakap-cakap dengan bahasa arab, karena metode
pembelajarananya yang digunakan guru mengarah kepada hal itu. Namun yang paling
penting untuk difahami oleh mereka adalah tujuan umum dan khusus serta target
yang ingin dicapai dalam belajar bahasa arab atau bahasa inggris.
Kedua : Seorang guru atau
pembimbing mampu membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau dalam bahasa arab-nya disebut I’dad
Tadries. Dengan demikian arah dan tgarget pembelajaran itu akan diketahui
dengan baik sesuai dengan kemampuan rasio anak-anak didiknya
Ketiga : Seorang guru mampu
memilih berbagai metode ajar yang sesuai dengan kemampuan anak-anak didik dan
mampu mengetrapkan secara sistematis, aplikatif dan evisien (SAE). Bila metode
SAE ini dapat dipergunakan dengan baik oleh sorang guru, maka pembelajaran
bahasa arab atau inggris itu dapat dilakukan dalam waktu yang tidak lama;
kurang lebih 3 – 4 bulan, mereka akan mengenal maksud pembelajaran bahasa arab
yang pada gilirannya mereka akan semakin termotivasi untuk belajar lebih tekun
lagi.
IV. Macam-Macam Metode Pembelajaran Bahasa Asing
Metode pembelajaran bahasa arab atau
Inggris yang sering dipakai di
lembaga-lembaga pendidikan Nasional maupun Internasional adalah sebagai berikut
:
1. Direct Method atau metode langsung (Thoriqoh Mubasyaroh)
2. Translation Method atau metode
menerjemah ( Thoriqoh at Tarjamah)
3. Natural Method atau Thoriqoh at Thobi’iyah / Thofulah
4. Berlitz Method atau disebut dengan metode
Berlitz (penemunya). Dalam bahasa arab-nya disebut : Thoriqoh Berlitz yang
dikenal dengan sebutan Qul wandzur
5. Rassias Method atau Thoriqoh Tamtsiliyah
(theater)
6. Discussion Method atau metode diskusi
(Thoriqoh Muhawarah /Mujadalah)
7. Intraction Method atau disebut Thoriqoh at ta’adul yang terdiri
dari 4 M, yaitu Mendengarkan, Menghafal, Mengucapkan dan Menulis.
Dari berbagai metode tersebut di
atas, seorang guru harus menguasai dan mampu mengaplikaiskan dengan
sebaik-baiknya, sehingga mampu mencegah timbulnya miskonsepsi dalam
pembelajaran bahasa asing ini [3])
V. Kesimpulan
1. Miskonsepsi berarti salah paham. Bila
tidak segera diluruskan, niscaya akan menjadi aksioma (anggapan yang tak
terbantahkan)
2. Mayoritas miskonsepsi itu terjadi dalam
bidang pendidikan materi bahasa asing yang justeru akan semakin melemahkan
semangat mempelajarinya, seperti anggapan sulit, tidak prospektif, membutuhkan
waktu lama dan lain-lain
3. Untuk mengatasi miskonsepsi dibidang
bahasa asing dituntut adanya seorang guru atau pembimbing yang betul-betul
mampu mengajar baik (disiplin dan menyenangkan) serta mampu menyusun RPP dan
memilih metode pembelajaran yang baik (sistematis aplikatif dan evisien).
InsyaAllah dengan demikian miskonsepsi dalam bidang pembelajaran bahasa asing
sedikit demi sedikit akan berubah dan aksioma yang selama ini menghantui jiwa
anak didik akan terbantahkan.
4. Terjadinya miskonsepsi bagi anak didik,
sering disebabkan oleh kekurang mampuan guru atau pembimbingnya dalam
mengajarkan atau mendidik dengan baik. Yang berdampak pada kelemahan belajar
bahasa asing itu sendiri.
[1] ) Drs. Swarno, Pengantar Umum
Pendidikan, Rineka Cipta: 1992
[2] ) Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu
pendidikan, Raja Grafindo Persada, 2001
[3]) Drs. H. Muhammad Muhsin Amir
Makalah: Tadris al lughah al arabiyah, 2005
No comments:
Post a Comment